Equityworld Futures Pusat – Defisit perdagangan kumulatif dari Januari hingga Desember 2018 adalah yang terburuk dalam sejarah Indonesia, mencatat aktivitas ekspor dan impor.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi ekspor Indonesia selama 2018 sebesar $ 180,06 miliar. Sementara impor di bulan yang sama adalah $ 188,63 miliar. Sebagai contoh, neraca perdagangan Indonesia untuk tahun 2018 adalah defisit $ 8,57 miliar. Untuk mengatasi kondisi ini, berbagai upaya oleh pemerintah dan sejumlah pihak terkait diperlukan untuk meningkatkan ekspor Indonesia. Seseorang dapat membantu meningkatkan layanan pelabuhan untuk meningkatkan kinerja ekspor berbagai produk yang diekspor ke luar negeri. Baca juga: Equityworld Futures Pusat : Emas Masih Terbebani Oleh Dolar Yang Lebih Kuat Dan Kenaikan Dalam Ekuitas Pemerintah semakin ditingkatkan oleh sejumlah perusahaan milik negara (BUMN) di sektor pelabuhan. Salah satunya dapat dilihat di sejumlah pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau IPC. "Fasilitas, mulai dari dermaga, dermaga, tumpukan dan gudang, serta peralatan, terutama fasilitas bongkar muat baik di Jalur 1 dan Jalur 2, serta colokan untuk wadah, saya temukan cukup baik, serta akses ke dan dari Pelabuhan bagus, cukup baik di perairan dan di pedesaan, "kata Maritime Observer dari Institut Teknologi Surabaya September di Sepuluh, Saut Gurning, Kamis (24/1/2018). Akibatnya, beberapa pelabuhan seperti Pelabuhan Tanjung Priok sekarang dapat didukung oleh kapal yang lebih besar untuk mengangkut lebih banyak produk, yang diharapkan pada akhirnya akan mencapai tujuan pemerintah meningkatkan kapasitas ekspor untuk memulihkan defisit perdagangan saat ini. "Banyak jenis kapal besar dan kecil, seperti tongkang, juga dapat melakukan peti kemas pada saat ini," katanya. "Ini dipengaruhi oleh rasio kontainerisasi, yang terus meningkat, rantai pasokan didorong oleh kemasan kontainerisasi dan kapasitas gudang dan peralatan, yang juga menentukan pola operasi kontainerisasi," lanjutnya. Bahkan, masih ada sejumlah kendala terkait kemacetan di pintu masuk pelabuhan atau koordinasi dengan instansi terkait. Ini dapat menghambat upaya untuk mempercepat pemuatan dan pembongkaran di lokasi. Saut Gurning mengatakan kemungkinan untuk meningkatkan peluang perdagangan, terutama peti kemas dari dan ke sejumlah terminal peti kemas di lingkungan IPC, dari tahun sebelumnya. "Upaya untuk memfasilitasi perdagangan di semua terminal kontainer IPC perlu ditingkatkan untuk membuat layanan teknis lebih cepat, lebih efisien dan lebih aman," katanya. Terkait dengan hambatan atau masalah dalam mencapai tujuan ini adalah pertanyaan tentang bagaimana, khususnya, semua pola layanan di terminal kontainer segera menerapkan mekanisme digitalisasi dari proses perencanaan, pelaksanaan, pembayaran, dan evaluasi. "SLA dan SLG harus menjadi indikator kinerja, termasuk kepuasan pelanggan di layanan terminal peti kemas di IPC, dan koordinasi dengan operator, pengirim barang, operator, operator, PBM, dan pemilik barang dagangan perlu ditingkatkan," katanya. IPC sendiri menargetkan 2019 bahwa aliran peti kemas akan meningkat 7,5% menjadi 7,57 juta TEU pada 2019. Ini merupakan peningkatan 2,4% dibandingkan 2018. Tahun lalu, arus masuk kontainer ke pelabuhan IPC mencapai 7,39 juta TEU. Berita ini diedit oleh : Equityworld Futures Pusat
0 Comments
Leave a Reply. |
OFFICIAL WEBSITEPT Equityworld FuturesProfil Perusahaan Legalitas Keunggulan Produk Hubungi Kami AuthorWrite something about yourself. No need to be fancy, just an overview. Archives
August 2019
Categories
|
News & Publication Event